Mengevakuasi Resolusi

Sumber gambar: pixabay.com

TULISAN INI BERHASIL MENDAPAT LABEL "PILIHAN (HIGHLIGHT)" DI KOMPASIANA.COM

MENJADI lebih baik dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun sudah merupakan tugas hidup manusia. Seperti yang sudah biasa dilakukan ‘umat manusia’ ketika pergantian tahun adalah membuat resolusi. Namun dari tahun ke tahun kita hidup, yang ada adalah mengulangi atau me-remake resolusi tahun sebelumnya yang lagi-lagi belum tercapai. Dan dapat dipastikan tidak lebih dari 13% yang berhasil menjalankan resolusinya.

Umumnya yang sering terdengar di malam pergantian tahun adalah teriakan untuk menjadi lebih baik di tahun depan. Dream list, to do list, atau apapun itu disusun secara rapi, dengan penuh semangat. Seakan-akan pukul 00.00 dan dentuman suara serta kilauan kembang api akan mengabulkan segala harapan.

Resolusi dari tahun ke tahun disusun kian mantul (mantap betul), ingin begini, ingin begitu. Namun dalam merealisasikannya terasa seperti merangkak-rangkak dan akhirnya jadilah resolusi yang mangkrak. Di tulisan ini saya tidak akan menceritakan resolusi tahun ini, karena rosulusi saya telah saya ceritakan di postingan sebelumnya. Tapi di sini saya ingin berujar, memuntahkan segala keluhan, apa sih yang menyebabkan gagalnya resolusi, kemudian apa yang sebenarnya harus kita lakukan, agar hasil bangunan resolusi itu terealisasi sesuai dengan ekspektasi.


Resolusi Fantasi

Beberapa kali menganalisis resolusi, saya menemukan beberapa jenis resolusi yang gagal, yang akhirnya hanya menjadi resolusi yang basi. Jenis resolusi gagal yang pertama adalah resolusi fantasi. Jika kita menelisik dari sudut ilmu kedokteran fantasi adalah proses membayangkan kejadian yang sebetulnya tidak terjadi, atau tidak pernah ada.

Nah, inilah jenis gagalnya resolusi yang terparah. Seringkali kita hanya membayangkan saja, berkhayal saja, ingin ini, ingin itu. Ingin menjadi seperti ini, ingin menjadi seperti itu. Kita menyusun resolusi tanpa adanya sebuah rencana terukur, tanpa sebuah road map yang jelas. Dalam menyusun resolusi, yang sepantasnya kita lakukan adalah menyusun pula step-step yang akan kita lakukan untuk merealisasikan resolusi tersebut. 

Mengapa hal ini perlu dilakukan? Karena tidak ada di dunia ini yang ujug-ujug jadi. Tidak ada di dunia ini yang dilakukan sekali, kemudian langsung berhasil. Semuanya butuh proses, semuanya butuh tahapan-tahapan. Maka susun juga tahapan-tahapan tersebut, dan ukur sejauh mana kita berhasil menjalankan tahapan tersebut, agar resolusi kita bukan sebatas fantasi belaka.

Resolusi Halusinasi

Yang kedua adalah resolusi halusinasi. Halusinasi adalah menghayal sesuatu seakan ada tanpa adanya sebuah rangsangan. Seperti merasa melihat sesuatu, padahal sesuatu tersebut nggak ada. Resolusi yang gagal jenis ini berarti bahwa kita terlalu percaya diri, over confident bahwa resolusi kita bakalan berhasil. Yang ujung-ujungnya kita meremehkan usaha, sampai-sampai meniadakan rangsangan untuk berusaha keras dalam mewujudkan resolusi tersebut.

Percaya diri itu baik, namun berlebihan dalam percaya diri itulah yang perlu dihindari. Tak jarang pula kita hanya semangat berusaha di awal saja, begitu di tengah perjalanan kita pun mulai malas, hilang semangat. Merasa tujuan resolusi kita terlalu jauh, akhirnya kita memutuskan untuk mengendorkan usaha. Hal ini harus kita hindari agar resolusi kita bukan hanya halusinasi saja.

Resolusi Ilusi

Selanjutnya ada yang namanya resolusi ilusi. Ilusi adalah proses penginderaan yang keliru, seperti mendengar suara motor, yang kedenger suara bom, atau mendengar suara mbak-mbak minimarket menyapa, yang kedenger suara mantan bilang pengen balikan. Bedanya dengan halusinasi, ilusi memiliki rangsangan, sementara halusinasi tidak.

Sama halnya seperti resolusi. Resolusi kita akan menjadi sebatas ilusi ketika kita merasa telah berhasil menggapai impian resolusi kita, padahal sebenarnya kita baru melaluinya setengah jalan. Inilah yang lebih berbahaya. Jika resolusi halusinasi, kita merasa kepedean untuk berhasil sebelum menjalankan usaha, bedanya, kalau resolusi ilusi, baru berusaha sedikit, hasil yang kita dapatkan belum seberapa kita sudah merasa puas.

Ini juga harus kita waspadai, kita harus benar-benar menentukan dengan jelas goal yang akan kita tuju, tentukan parameter secara rinci. Yang juga sering terjadi adalah ketika kita mendapat apresiasi ataupun pujian yang bertubi-tubi dari orang lain terhadap usaha yang kita lakukan, lantas kita merasa sudah berhasil, padahal kita masih belum mencapai garis finish. Yang lebih berbahaya lagi, kita merasa berhasil padahal belum, lalu kita mengusaikan usaha kita sampai disitu saja, karena sudah lebih dulu merasa berhasil. Maka untuk mewaspadai hal ini, jangan merasa cepat puas, agar resolusi kita tidak menjadi sebuah ilusi belaka.

Resolusi Delusi

Delusi adalah keyakinan yang kuat di dalam diri seseorang, padahal keyakinan tersebut tidak benar dan tidak nyata, tapi seseorang tersebut masih mempertahankan keyakinan tersebut. Resolusi jenis ini juga cukup berbahaya. Di dalam resolusi delusi, kita terlalu semangat dalam menyusun resolusi, sehingga yang terjadi kita tidak mengukur kemampuan diri. Tidak mengukur apakah diri ini bisa melakukan hal tersebut.

Memang sih ada yang mengatakan bahwa ‘mustahil’ merupakan sebuah kata yang tidak masuk akal di dunia ini. Tapi yang harus ditekankan adalah kita perlu realistis, namun realistis bukan berarti pragmatis. Kita perlu mengukur kemampuan kita, yakin boleh, namun jangan terlalu. Jangan sampai kita sudah menguras tenaga, namun ujung-ujungnya berakhir kecewa.

Kalaupun kita sudah yakin bahwa tujuan kita akan berhasil meskipun kita merasa akan sulit menggapainya, jika sudah terlanjur keukuh seperti itu, maka lakukanlah sewajarnya, lakukanlah sedikit demi sedikit, lakukan dengan perlahan, agar resolusi kita tidak sebatas delusi.

Analisis saya tidak terhenti pada membagi jenis-jenis resolusi yang gagal, namun saya juga menemukan sedikit cara untuk mengevakuasi resolusi agar tidak menjadi resolusi yang sebatas fantasi, ilusi, halusinasi, delusi ataupun hanya resolusi yang basi. Kamu perlu mengevakuasi resolusimu jika dari tahun ke tahun tidak ada sesuatu ataupun hasil yang signifikan dari resolusimu itu.

Yang perlu kamu lakukan dalam mengevakuasi resolusimu, pertama adalah jangan perah menjadikan waktu terbuang sia-sia, waktu adalah emas. Artinya waktu adalah sesuatu hal yang berharga. Atau bahkan waktu adalah pedang, jika kita tidak dapat menggunakan waktu dengan baik, waktu dapat menjadi pedang tajam yang dapat membunuh kita sewaktu-waktu. Jangan pernah menjadikan setiap detik dalam perjalanan hidup kita menjadi sia-sia.

Yang sering terjadi, ketika kita merasa gagal dalam memperjuangkan resolusi yang kita susun, kita menyerah begitu saja. Berhenti, dan tidak berusaha untuk memperbaiki kembali. Hal lain yang juga sering terjadi adalah menunda-nunda waktu untuk mengusahakan sesuatu, jangan pernah menunggu tahun baru dalam menciptakan sesuatu yang baru. Mengapa tidak melakukannya sekarang saja daripada menunggu tahun baru?

Selanjutnya adalah jangan pernah lelah untuk belajar. Ilmu itu adalah sesuatu hal yang amat luas dan tak terhingga, maka menjadikan belajar sebagai pernak-pernik kehidupan adalah suatu hal yang wajib. Jangan pernah puas dan terhenti dalam sesuatu hal, keilmuan, ataupun keahlian yang memang kita kuasai. Perdalam terus keilmuan atau keahlian tersebut.

Jika kamu seorang narablog yang lihai dalam menulis, dalami, dan latih terus keahlian ngeblog-mu itu. Kamu bisa belajar di Dumet School misalnya, mencoba mempelajari SEO untuk meningkatkan pengunjung blog kamu, belajar desain grafis untuk mempercantik tampilan blog kamu, atau kamu juga bisa belajaar digital marketing di sana. Atau kamu bisa mengikuti lomba blog Dumet School di setiap bulannya, untuk melatih kemampuanmu menulis. Intinya jangan pernah cepat puas terhadap apa yang kamu kuasai, latih terus, dan perdalam lagi.


Yang terakhir adalah ajar dan ajak diri kita dan orang lain untuk terus bersyukur. Walaupun kita tadi dituntut untuk jangan pernah cepat puas, namun kita juga berlu beryukur terhadap setiap apa yang kita miliki dan kita capai. Banyak-banyaklah untuk bersyukur dan ikhlas. 

Walau kita juga dituntut untuk terus memandang dan berjalan kedepan, jangan pernah melupakan kenangan tahun lalu, jandikan kenangan tahun 2018 sebagai pembelajaran untuk menyusun Resolusi 2019 ini. Jadikan kenangan pahit tahun lalu menjadi penyemangat di tahun ini, dan jadikan kenangan pahit tahun lalu sebagai pengingat di tahun ini.

Semoga 2019-ku, 2019-mu, dan 2019 kita semua, menjadi 2019 yang indah nan cantik 😊

No comments:

Post a Comment