5 Alasan Mengapa Film Dilan Cenderung Terlihat Dipaksakan




TULISAN INI BERHASIL MENCETAK REKOR  SHARE (1300+ kali) DI HIPWEE.COM

Realita per hari ini mata saya, eh bukan mata saya doang sih, tapi mata kita, telinga kita, disibukkan dengan melihat dan mendengan frasa “Dilan”, “Milea”, dan juga beberapa kalimat seperti “Jangan rindu kamu gak bakal kuat, biar aku saja”, meme film Dilan pun bermunculan. Iya betul, sejak muncul rumor Novel “Dilan: dia adalah Dilanku Tahun 1990” karya Pidi Baiq akan difilmkan, hingga 25 Januari kemarin resmi tayang di bioskop Indonesia, membuat setiap kita melihat beranda instagram, instastories, twitter, facebook, isinya Dilaaaaan mulu, Mileaaaaa mulu. Akhirnya karena penasaran saya pun memutuskan untuk menonton langsung Film Dilan tersebut. Alhasil, ternyata menurut penilaian saya, Film Dilan cenderung terlihat dipaksakan dan beberapa tidak sesuai dengan imajinasi yang ditimbulkan saat membaca versi novelnya.

Berikut 5 alasan mengapa film Dilan cenderung terlihat dipaksakan versi saya yang dikolaborasikan dengan pendapat penulis keren ‘Bung’ Fiersa Besari beserta warganet lainnya:


1. Pemeran Dilan



Awalnya banyak warganet yang kaget, terkejoeeettt kok bisa sih yang memerankan si Dilan dedek itu? banyak ketakutan-ketakutan yang muncul, takut imajinasi yang terlukis terhadap sosok Dilan saat membaca versi novelnya harus hancur saat di perankan si dedek. Kok maksa banget ya, Kenapa sih nggak bang itu aja? (Baca: Reza Rahardian), eh jangan deh masa bang ituuuuu mulu yang muncul di bioskop wkwkwk.

Namun ternyata, di luar dugaan, Iqbal Ramadhan mematahkan keraguan mayoritas warganet, termasuk saya sendiri. Iqbal ternyata sangat pas memerankan Dilan. Mungkin karena film ini ditangani langsung oleh penulis aslinya yakni Pidi Baiq alias Surayah.


2. Product Placement yang Tidak Sesuai dengan Zamannya



Diceritakan bahwa adegan tersebut terjadi pada tahun 1990, namun masih ada bahkan banyak hal-hal milenial yang ikut ke dalam frame, product placement yang tak sesuai dengan zamannya, seperti kursi sofa yang terlihat sudah modern, kompor gas, gas melon, botol saus kecap di tukang bakso yang modern, padahal tahun segitu pakenya botol kaca.

Dan betapa hampir tidak ada benda-benda era 90-an yang mencolok kecuali mobil, motor dan telepon koin. Padahal bisa saja ditambahkan kaset dan TV cembung. Bayangkan tahun segitu, rambut cewek-cewek sudah pada badai, udah kenal sama curly, udah pake blush on ke sekolah, pake mascara, keren beuttt. Bahkan si Rati dan Rani yang udah pake catokan, andaikan di make up agak polos udah persis tahun 90-an kali ya.

Ada lagi, terlihat plat mobil tertulis 2022, sepele sih, tapi ini fatal sebenernya, penampakan gorengan dan settingnya tidak sesuai dengan zamannya.


3. Tampilan Film yang Kurang Pas



Memang sih cerita di film ini tersampaikan dengan baik, tapi ada yang terasa janggal, yakni tampilan visualisasi film. Color grading terlihat belang, green screen yang kentara, green screen saat ke bulan, adegan bunda dalam mobil, berasa nonton film naga-nagaan ala-ala sinetron khas Indonesia wkwkwk dan perpindahan scenes yang cenderung terlihat kasar. ya... walaupun terlihat mengganjal, namun ini masalah teknis saja. 



4. Hilangnya Kekuatan Karakter Penting Yang Terdapat Pada Versi Buku



Walaupun beberapa sesuatu dari buku terkesan dipaksakan untuk ditampilkan dalam film ini, namun ternyata ada beberapa hal yang juga hilang, dan tidak ditampilkan ke dalam film. Seperti karakter pendukung seperti Wati, Piyan, Anhar dikenal sangat kuat dalam versi bukunya, namun dalam versi film karakter di sekitar Dilan dan Milea kurang begitu nyata, sehingga karakter pendukung yang sebenarnya mewarnai novel Dilan seperti kurang terasa kehadirannya.



5. Menjadikan Dilan Sebagai Sosok Idola Baru



Kalau sebelumnya ada Rangga di Ada Apa Dengan Cinta, Nathan di Dear Nathan, terakhir ada Fahri di Ayat-ayat Cinta, dan kali ini muncul lagi idola musiman pemudi bahkan pemuda Indonesia yakni Dilan. Memang sih gombalan-gombalan Dilan kepada Milea sangat terlihat begitu manis, bahkan saya sebagai cowok terlihat senyum-senyum sendiri melihatnya wkwkwk. Dilan seperti mengajak nostalgia kembali kepada masa cinta monyet zaman SMA.

Anak SMA di setiap zaman memang memiliki idola masing-masing, seperti mengidolakan Dora, Goku, Naruto wkwkwk. Tapi begitu lucu jika generasi sekarang ingin menjadi Dilan, mau diapakan? ah memang begitu adanya.

Oke itu saja beberapa pendapat saya yang dikolaborasikan dengan pendapat penulis keren 'Bung' Fiersa Besari beserta warganet lainnya. Selamat menikmati sajian feed beranda instagram, instastories kaum alay, tweet-tweet imut, status facebook lucu yang berisikan tentang Dilan selama beberapa minggu ke depan. Dan tentunya kalimat "Jangan rindu. Ini berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja." wkwkwk.
Think and Feel it!

NEXT⏩

No comments:

Post a Comment